Tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia atau UII Yogyakarta membuat bioethanol dari limbah kelapa sawit. Mereka adalah Aditya Sewanggara (Ilmu Kimia 2015), Ratih Lestari (Ilmu Kimia 2015), dan Nadya Sinta Amalia (Ilmu Kimia 2015). Ketiganya mengolah limbah kelapa sawit dengan bantuan mikroba yang terkandung dalam serangga rayap.
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi) |
Baca juga: Bahas Kerja Sama Bidang IPTEK, Presiden Jokowi temui Rektor Universitas Tsinghua
Limbah kelapa sawit yang jumlahnya cukup melimpah di Indonesia dinilai belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Padahal limbah tersebut memiliki kandungan selulosa sebanyak 20 persen yang berpotensi besar untuk diolah menjadi bioethanol. Unsur ini bisa menjadi sumber energi potensial di masa depan.
“Proses mengolah limbah kelapa sawit menjadi bioethanol sangat rumit dan membutuhkan enzim untuk mengubah kandungan selulosa di dalamnya. Sedangkan enzim tersebut mahal harganya,” tutur Aditya. Karena itu, mereka pun memutar otak untuk menyiasati hal tersebut.
Di sisi lain Indonesia sebagai negara tropis memiliki populasi rayap yang sangat besar. Kondisi ini merupakan gagasan awal dari pemanfaatan hewan kecil tersebut. Aditya dan kedua kawannya pun mengkaji pemanfaatan salah satu mikroba yang ada dalam rayap untuk mengubah selulosa pada limbah kelapa sawit.
“Kami melakukan analisis mengapa rayap bisa memakan kayu, setelah kami membaca literatur diketahui bahwa rayap bisa mengubah selulosa dalam kayu menjadi rantai kecil. Jadi kami memanfaatkan rayap untuk mengubah limbah kelapa sawit menjadi bioethanol,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian aspek ekonomi yang dilakukan oleh tim UII, pemakaian bioethanol dapat mengurangi pengeluaran untuk bahan bakar hingga 40 juta per tahun. Diharapkan bioethanol yang mereka ciptakan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar. Selain itu penelitian tersebut diharapkan dapat berkembang ke arah energi listrik.
Penelitian bioethanol ini pun sempat dipresentasikan dalam Internasional Biotechnology Competition and Exhibition 2017 (IBCEx17) pada 15 April 2017 di Dewan Sultan Iskandar, Universitas Teknologi Malaysia, Johor. Penelitian mereka berhasil membawa pulang medali perak dalam kategori energi dan biomassa.
Dalam kompetisi ini tim UII harus bersaing dengan 41 tim dari berbagai universitas di Asia yang menjadi tiga kategori yakni Green Building, Energy and Biomasa, dan Environmental. Mereka juga mendapat tawaran untuk joint research dari salah satu profesor di Universitas Putra Malaysia. (source: republika)
"Radar Kuliah merupakan Situs Portal Pendidikan Indonesia."